Thailand Peringkat Kedua Terbaik di Dunia untuk Pemulihan COVID-19

blog image

TAT, Jakarta - Thailand menempati peringkat kedua terbaik di dunia dari 184 negara untuk upaya pemulihan COVID-19 yang sedang berlangsung, menurut sebuah studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi tingkat atas di Malaysia. Peringkat ini merupakan prestasi luar biasa mengingat pada 18 Januari 2020, ada delapan penerbangan langsung dari Wuhan, Cina (pusat penyebaran) menuju Bangkok, Phuket, Krabi, dan Chiang Mai.

Penetapan Thailand di peringkat kedua salah satunya didasarkan pada fakta bahwa hanya sedikit kasus positif dan kematian akibat Covid-19 dari yang diperkirakan. Ada beberapa teori terkait keberhasilan Thailand dalam menghadapi pandemi ini, diantaranya:

- Cuaca yang lebih hangat

- Perbedaan etnis

- Preferensi budaya untuk tidak berjabat tangan dan berpelukan

- Efektivitas tanggapan pemerintah terkait wabah Covid-19

- Telah diberlakukan pemakaian masker sejak bulan Desember 2019 dan Januari 2020 karena tingginya tingkat polusi (sekitar PM 2.5) di Thailand

Studi Global Covid-19 Index (GCI) dikembangkan oleh PEMADU Associates bekerja sama dengan Kementerian Sains dan Inovasi (MOSTI) di Malaysia menggunakan sistem analisis data yang besar. Ini menciptakan sistem pencetak indeks dan peringkat untuk 184 negara peserta terkait seberapa baik masing-masing negara dalam mengatasi dan mengurangi dampak pandemi Covid-19.

Penilaian indeks berdasarkan kriteria berikut:

- Skor indeks 70 persen berdasarkan dua parameter, yakni: 1) konfirmasi jumlah kasus positif per kapita dibandingkan dengan ukuran negara, dan 2) tingkat kematian per kapita dibandingkan dengan ukuran populasi.

- Skor indeks 30 persen dari skor tetap yang diperoleh dari Indeks Keamanan Kesehatan Dunia (GHS) yang didanai oleh Yayasan Bill dan Melinda Gates. GHS dikembangkan untuk menilai kesiapan masing-masing negara untuk mengatasi dan menangani wabah Covid-19.

Terkait prestasi yang diperoleh, Pemerintah Thailand memuji sistem keamanan kesehatan yang berlaku, kesediaan politisi untuk mempersilahkan ahli kesehatan melakukan tugasnya, koordinasi dan kerjasama yang baik antara departemen pemerintah, badan provinsi dan lokal di seluruh negeri, serta kejelasan komunikasi publik tentang cara menghindari penularan penyakit.

Pemerintah juga mengapresiasi lebih dari 1.000 tim epidemiologi di seluruh negeri yang bekerja keras dalam menyelidiki setiap kasus, melacak setiap kontak, dan memantaunya selama 14 hari.